Bahaya
Pergaulan Bebas Dari dulu, peringatan tentang Bahaya Pergaulan Bebas sudah
sering dibicarakan oleh banyak pihak. Entah dari orang tua, guru-guru di
sekolah, bahkan pemerintah ikut turun tangan dengan cara membuat iklan-iklan
yang menghimbau untuk menghindari pergaulan bebas. Pergaulan bebas sendiri
diartikan sebagai suatu pergaulan yang tidak memiliki batasan, mengabaikan
norma-norma agama maupun sosial masyarakat.
Karena
itu, pergaulan semacam ini cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti
seks bebas, pemakaian narkoba, kehidupan malam di diskotek atau tempat hiburan,
dan lain-lain. ABG, atau anak baru gede, adalah subyek yang paling banyak
terjun pada pergaulan bebas. Ini bisa dipahami, karena kebanyakan anak muda
seusia mereka memang masih sangat labil. Mereka kadang susah membedakan sesuatu
yang baik dan buruk bagi perkembangan hidup mereka.
Indikasi
keterlibatan remaja-remaja dalam perilaku seks bebas semakin terlihat.
Setidaknya remaja yang sedang dimabuk kasmaran, minimalnya mereka melakukan
tindakan yang mengarah pada proses awal sebelum terjadi penetrasi yang tidak
layak mereka lakukan. jaman dan lebih menyukai trend mode dan mengikuti
alur jaman yang semakin maju,jangankan di usia remaja, anak yang baru menginjak
Sekolah Dasar saja sudah mengerti apa itu berpacaran, bahkan banyak dari anak
SD tersebut yang sudah belajar untuk memadu kasih, ya biarpun dalam istilahnya
cinta monyet, tapi nantinya juga akan menjurus pada yang tidak diharapkan,
sungguh tragis.
Dikutip
oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual
ini tidak lepas dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah
melakukan pacaran kala usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata
remaja saat ini dalam melakukan pacaran.
Beredarnya
video porno milik sepasang remaja SMP mencengangkan banyak pihak.Betapa
tidak, perbuatan yang tidak terpuji ini terjadi di jam dan lingkungan sekolah.
Keberanian kesepuluh pelajar yang melakukan perbuatan cabul tanpa malu dan
merekamnya dengan santai adalah indikasi hancurnya budaya ketimuran bangsa ini.
Hal ini menjadi bukti nyata kegagalan pendidikan di Indonesia Sekolah yang
seharusnya menjadi tempat pembentukan karakter dan moral anak telah
disalahartikan. Lemahnya pengawasan dari pihak sekolah dan orang tua menjadi
penyebab kasus ini terjadi. Kasus ini menambah panjang kejadian yang menimpa
remaja. Bahkan berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia Hasil
survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500 remaja
mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93
persen pernah berciuman bibir. Survei yang dilakukan di 12 kota besar itu juga
menunjukkan 62,7 atau 20 sampai 30 % persen responden pernah berhubungan badan
dan 21 persen di antaranya telah melakukan aborsi.
Internet
menawarkan ribuan bahkan jutaan situs yang dapat di akses tanpa batas.
situs-situs yang seharusnya khusus untuk dewasa dapat diakses dan dinikmati
oleh semua umur. Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus
berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia
lihat. Hal ini sangat berbahaya bagi remaja, pendidikan seks sudah selayaknya
diberikan sedini mungkin kepada anak terkait kebaikan dan keburukannya, namun
dengan porsi yang sesuai dengan usia mereka. Sayangnya, orangtua cenderung
merasa tabu membicarakan masalah seks dengan anak-anak. Padahal, hal ini
merupakan langkah awal pencegahan anak untuk melakukan seks bebas. Berdasarkan
survei, banyaknya remaja yang terjebak dalam seks bebas disebabkan oleh
ketidaktahuan mereka mengenai urusan seks. Pembelajaran seks secara benar
akan membuat para remaja melakukan pola hidup yang benar. Selain pendidikan
tentang seks, setiap remaja harus dibekali dengan pengetahuan tentang agama.
Di
sisi lain, pengendalian pihak-pihak berwenang terhadap beredarnya situs-situs
porno di dunia maya juga masih rendah. Terbukti, pada 2007 posisi Indonesia
sebagai pengakses situs porno ada di peringkat lima. Namun pada 2009 hingga
2013 ini posisi Indonesia terus merangsek hingga posisi pertama
Generasi
muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Jadi,
kerjasama dari berbagai pihak sangat diharapkan agar anak Indonesia dapat
menjadi generasi perubah dari hal-hal buruk yang pernah terjadi di masa lalu.
Jangan sampai kasus-kasus diatas terulang kembali.
No comments:
Post a Comment