Wednesday, January 15, 2014

Remaja dan Pergaulan

Bahaya Pergaulan Bebas Dari dulu, peringatan tentang Bahaya Pergaulan Bebas sudah sering dibicarakan oleh banyak pihak. Entah dari orang tua, guru-guru di sekolah, bahkan pemerintah ikut turun tangan dengan cara membuat iklan-iklan yang menghimbau untuk menghindari pergaulan bebas. Pergaulan bebas sendiri diartikan sebagai suatu pergaulan yang tidak memiliki batasan, mengabaikan norma-norma agama maupun sosial masyarakat.
Karena itu, pergaulan semacam ini cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti seks bebas, pemakaian narkoba, kehidupan malam di diskotek atau tempat hiburan, dan lain-lain. ABG, atau anak baru gede, adalah subyek yang paling banyak terjun pada pergaulan bebas. Ini bisa dipahami, karena kebanyakan anak muda seusia mereka memang masih sangat labil. Mereka kadang susah membedakan sesuatu yang baik dan buruk bagi perkembangan hidup mereka.
Indikasi keterlibatan remaja-remaja dalam perilaku seks bebas semakin terlihat. Setidaknya remaja yang sedang dimabuk kasmaran, minimalnya mereka melakukan tindakan yang mengarah pada proses awal sebelum terjadi penetrasi yang tidak layak mereka lakukan. jaman dan lebih menyukai trend mode dan mengikuti alur jaman yang semakin maju,jangankan di usia remaja, anak yang baru menginjak Sekolah Dasar saja sudah mengerti apa itu berpacaran, bahkan banyak dari anak SD tersebut yang sudah belajar untuk memadu kasih, ya biarpun dalam istilahnya cinta monyet, tapi nantinya juga akan menjurus pada yang tidak diharapkan, sungguh tragis.
Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan pacaran.

Beredarnya video porno milik sepasang remaja SMP mencengangkan banyak pihak.Betapa tidak, perbuatan yang tidak terpuji ini terjadi di jam dan lingkungan sekolah. Keberanian kesepuluh pelajar yang melakukan perbuatan cabul tanpa malu dan merekamnya dengan santai adalah indikasi hancurnya budaya ketimuran bangsa ini. Hal ini menjadi bukti nyata kegagalan pendidikan di Indonesia Sekolah yang seharusnya menjadi tempat pembentukan karakter dan moral anak telah disalahartikan. Lemahnya pengawasan dari pihak sekolah dan orang tua menjadi penyebab kasus ini terjadi. Kasus ini menambah panjang kejadian yang menimpa remaja. Bahkan berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia Hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir. Survei yang dilakukan di 12 kota besar itu juga menunjukkan 62,7 atau 20 sampai 30 % persen responden pernah berhubungan badan dan 21 persen di antaranya telah melakukan aborsi.
Internet menawarkan ribuan bahkan jutaan situs yang dapat di akses tanpa batas. situs-situs yang seharusnya khusus untuk dewasa dapat diakses dan dinikmati oleh semua umur. Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia lihat. Hal ini sangat berbahaya bagi remaja, pendidikan seks sudah selayaknya diberikan sedini mungkin kepada anak terkait kebaikan dan keburukannya, namun dengan porsi yang sesuai dengan usia mereka. Sayangnya, orangtua cenderung merasa tabu membicarakan masalah seks dengan anak-anak. Padahal, hal ini merupakan langkah awal pencegahan anak untuk melakukan seks bebas. Berdasarkan survei, banyaknya remaja yang terjebak dalam seks bebas disebabkan oleh ketidaktahuan mereka mengenai urusan seks.  Pembelajaran seks secara benar akan membuat para remaja melakukan pola hidup yang benar. Selain pendidikan tentang seks, setiap remaja harus dibekali dengan pengetahuan tentang agama.
Di sisi lain, pengendalian pihak-pihak berwenang terhadap beredarnya situs-situs porno di dunia maya juga masih rendah. Terbukti, pada 2007 posisi Indonesia sebagai pengakses situs porno ada di peringkat lima. Namun pada 2009 hingga 2013 ini posisi Indonesia terus merangsek hingga posisi pertama
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Jadi, kerjasama dari berbagai pihak sangat diharapkan agar anak Indonesia dapat menjadi generasi perubah dari hal-hal buruk yang pernah terjadi di masa lalu. Jangan sampai kasus-kasus diatas terulang kembali.


No comments:

Post a Comment