Membangkitkan Seni
budaya sunda dan seni tulis yang terlupan bahkan menjelang punah, kesemua ini
akibat adanya pergeseran jaman dan budaya luar yang dianggap modern, Hampir
semua adat istiadat dan tali paranti kesundaan hilang dari peredaran urang
Sunda. Begitu pula dalam permainan anak - anak jaman dulu, seperti
permainan Jajalangkungan/ Engrang,Main galah santang, ketok lele/kastik, Bopies/petak
umpet beregu,main panggal/gangsing dan untuk wanitanya jenis permainan
congklak, tutunggulan/lumpang dan masih banyak lagi jenis permainan orang Sunda
hilang dari peredaran. Kebudayaan
Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia
tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda
sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam
hal pengenalan terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda
di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam
perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang
dinamakan kebudayaan Sunda.
Kebudayaan Sunda yang ideal pun
kemudian sering dikaitkan sebagai kebudayaan raja-raja Sunda atau tokoh yang
diidentikkan dengan raja Sunda. Dalam kaitan ini, jadilah sosok Prabu Siliwangi
dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan urang Sunda karena dimitoskan
sebagai raja Sunda yang berhasil, sekaligus mampu memberikan kesejahteraan
kepada rakyatnya.
Dalam perkembangannya yang paling
kontemporer, kebudayaan Sunda kini banyak mendapat gugatan kembali. Pertanyaan
seputar eksistensi kebudayaan Sunda pun sering kali mencuat ke permukaan.
Apakah kebudayaan Sunda masih ada? Kalau masih ada, siapakah pemiliknya?
Pertanyaan seputar eksistensi kebudayaan Sunda yang tampaknya provokatif
tersebut, bila dikaji dengan tenang sebenarnya merupakan pertanyaan yang
wajar-wajar saja. Mengapa demikian?
Jawabannya sederhana, karena
kebudayaan Sunda dalam kenyataannya saat ini memang seperti kehilangan ruhnya
atau setidaknya tidak jelas arah dan tujuannya. Mau dibawa ke mana kebudayaan
Sunda tersebut?
Setidaknya ada empat daya hidup yang
perlu dicermati dalam kebudayaan Sunda, yaitu, kemampuan beradaptasi, kemampuan
mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi.
Kemampuan beradaptasi kebudayaan
Sunda, terutama dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam
maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu
menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup
manakala berhadapan dengan tantangan dari luar.
Akibatnya, tidaklah mengherankan
bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang tergilas oleh
kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda merupakanbahasa
komunitas urang Sunda tampak secara eksplisit semakin jarang digunakan oleh
pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda.
http://www.jatiluhuronline.com/eksistensi-budaya-sunda.html
http://www.kompasiana.com/budaya-sunda.html