Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut Culture,
yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Banyak
unsur yang memengaruhi budaya. Agama sering kali mempengaruhi pernikahan atau
budaya. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang
menikah. Gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di
hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan
mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan
gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai
bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat
dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan
sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian,
namun memperbolehkannya.
Salah satu contoh budaya Indonesia yang masih melekat adalah upacara pernikahan. Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
Salah satu contoh budaya Indonesia yang masih melekat adalah upacara pernikahan. Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
Pada dasarnya banyak persamaan yang
menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang
dipakai keratin Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa
dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan
itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan
tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat
istiadat perkawinan oleh kerabat keraton, agar masyarakat merasa mantap
mendandani calon pengantin dengan gaya keraton, sekaligus agar tidak terjadi
kekeliruan dalam penerapannya. Kali ini pengantin menampilkan rangkaian upacara
adat Pengantin Jawa.
Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa
Tengah adalah sebagai
berikut:
·
Bersih Lahir Batin (Siraman)
Siraman adalah upacara
adat ritual warisan nenek moyang
kita yang mengandung banyak falsafah di dalamnya. Dalam tiap langkah pada
prosesi siraman dimaknakan agar para calon pengantin membersihkan diri dan hati
sehingga semakin mantap untuk melangsung pernikahan esok harinya. Kegiatan diawali dengan menyiapkan
air siraman yang berasal dari 7 sumber ke dalam gentong. Sumber air siraman
biasanya diambil dari rumah besan, rumah pini sepuh, dan rumah adat yang
kemudian diaduk dengan campuran bunga.
Sambil menunggu calon mempelai
puteri bersiap-siap untuk siraman, sang Ayah melakukan
pemasangan bleketepe (anyaman daun kelapa) sebagai tarub pada gerbang
rumah. Pemasangan tarub dimaknakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajat
mantu di rumah yang bersangkutan. Acara siraman diawali dengan sungkem calon pengantin kepada orang
tua untuk mohon doa restu. Setelah itu calon pengantin dibimbing ke tempat
siraman yang sudah disiapkan. Selanjutnya
upacara dilanjutkan dengan tanam rikmo/rambut oleh orang tua. Yang ditanam
adalah potongan rambut kedua calon mempelai, dilakukan setelah wakil keluarga
calon pengantin wanita kembali dari kediaman calon pengantin pria dengan
membawa potongan rambut.
Pelepasan Ayam Jantan hitam
merupakan prosesi selanjutnya yang berarti bahwa orang tua sudah dengan sepenuh
hati ikhlas melepas putrinya untuk hidup mandiri. Dipenghujung acara, calon
pengantin wanita yang telah berganti pakaian menerima uang kreweng hasil
penjualan dodol dari ibunda. Melambangkan pengajaran sang bunda tentang bagaimana
hidup mandiri dan mengatur nafkah pada kehidupan perkawinan
·
Midodareni
Midodareni
adalah acara perkenalan dan silaturahmi antar keluarga. Dari pihak pria
dilakukan oleh sesepuh dan keluarga dekat pengantin pria. Selain itu wakil
orang tua pengantin pria juga dibekali dengan bingkisan balasan sebagai tanda
kasih sayang dari keluarga pengantin
wanita. Prosesi midodareni ini adalah awal dari rangkaian pesta pernikahan tradisonal yang
biasa dilakukan di Jawa.
·
Upacara Injak Telur
Selanjutnya, Upacara dan Pesta Pernikahan
Tradisional ini
dilanjutkan dengan Upacara Injak Telur. Acara ini mengandung harapan bagi
pengantin wanita untuk segera mempunyai keturunan, karena injak telur ini
identik dengan pecah wiji dadi. Telur ini juga mempunyai makna sebagai
keturunan yang akan lahir sebagai cinta kasih
berdua. Kemudian dilanjutkan mencuci kaki pengantin pria yang dilakukan oleh
pengantin wanita yang melambangkan kesetiaan istri pada suaminya.
·
Sikepan Sindur
Setelah
acara injak telur selesai dilanjutkan dengan sikepan sindur yang dilakukan oleh
ibu pengantin wanita. Sindur ini akan dibentangan pada kedua bahu mempelai.
Adapun makna upacara ini mengandung harapan bahwa dengan sinfur tersebut kelak
keduanya akan semakin erat karena dipersatukan dengan ibunda. Sedangkan tugas
ayah sebagai kepala rumah tangga berjalan di muka sebagai pemandu anak
mengikuti langkah terbaik dalam hidup yang akan dijalani. Sang ayah bertugas
sebagai penunjuk jalan kehidupan di masa depan dan hal ini perlu dijadikan
contoh bagi pasangan baru.
·
Acara Pangkuan
Acara
pangkuan disebut juga dengan istilah timbang bobot. Pada acara ini pengantin
pria duduk di paha sebelah kanan dan pengantin wanita duduk di paha sebelah
kiri sang ayah pengantin wanita, yang kemudian ditanya oleh sang ibu mana yang
lebih berat dan dijawab sama berat. Pada saat ini sang ayah seakan-akan sedang
menimbang keduanya yaitu anak
kandung dan menantu. Maknanya adalah bila kedua mempelai sudah mempunyai
keturunan akan memiliki kasih sayang kepada putra-putrinya sebagaimana layaknya
sang ayah memiliki kasih sayang yang sama antara anak kandung dan anak menantu.
·
Kacar-Kucur
Tahap
upacara panggih adalah kacar-kucur. Acara ini melambangkan kesejahteraan dan
tugas mencari nafkah dalam kehidupan berumah tangga yang dilakukan dalam bentuk
biji-bijian, beras kuning, uang recehan yang semuanya diberikan kepada ibu.
Begitu berat tugas suami dalam mencari nafkah, begitu juga istri dalam
mengelolanya. Meski begitu mereka tetap ingat kepada orang tua mengingat
perannya yang sangat besar dalam kehidupan seseorang.
·
Dahar Klimah (Dulang-dulangan)
Acara
selanjutnya adalah dahar klimah atau dulang-dulangan. Acara ini cukup menarik
dan seru karena kedua mempelai saling menyuapi yang dilakukan sebanyak tiga
kali dan dilanjutkan dengan minum air putih. Proses ini sebenarnya mengandung
harapan agar kedua mempelai senantiasa rukun, saling tolong menolong serta
sepenanggungan dalam menempuh hidup baru. Selain itu juga mengandung makna
sebagai ungkapan saling mencintai dan saling memperhatikan pada pasangan.
·
Titik Pitik
Setelah
dahar klimah, upacara titik pitik pun dilaksanakan. Yaitu saat besan datang
untuk menyaksikan upacara sakral tersebut. Dengan hadirnya besan berarti
keluarga semakin berambah besar dan menjadi satu kesatuan yang kuat sebagai
keluarga.
·
Ngabekten (Sungkeman)
Ngabekten
biasa disebut dengan istilah sungkeman atau menyembah. Sungkeman pertama
ditujukan kepada orang tua yang diteruskan kepada para sesepuh lainnya seperti
nenek, kakek dan sebagainya.
Prosesi
prosesi tersebut diatas biasanya ada yang dilakukan secara utuh artinya semua
kegiatan upacara pernikahan adat tersebut dilaksanakan semua, ada pula
yang melaksanakan hanya beberapa bagian dari prosesi tersebut diatas. Semua
prosesi tadi biasanya dilakukan sebelum pesta perkawinan atau bersamaan dengan pesta pernikahan yang
biasanya menggunakan pesta pernikahan tradisional juga.
No comments:
Post a Comment