Monday, March 10, 2014

Ilmu Budaya Dasar (Pernikahan Tradisional)

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut Culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Banyak unsur yang memengaruhi budaya. Agama sering kali mempengaruhi pernikahan atau budaya. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah. Gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
Salah satu contoh budaya Indonesia yang masih melekat adalah upacara pernikahan. Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih  banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.

Pada dasarnya banyak persamaan yang menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang dipakai keratin Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat istiadat perkawinan oleh kerabat keraton, agar masyarakat merasa mantap mendandani calon pengantin dengan gaya keraton, sekaligus agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapannya. Kali ini pengantin menampilkan rangkaian upacara adat Pengantin Jawa.

Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
·         Bersih Lahir Batin (Siraman)
Siraman adalah upacara adat ritual warisan nenek moyang kita yang mengandung banyak falsafah di dalamnya. Dalam tiap langkah pada prosesi siraman dimaknakan agar para calon pengantin membersihkan diri dan hati sehingga semakin mantap untuk melangsung pernikahan esok harinya. Kegiatan diawali dengan menyiapkan air siraman yang berasal dari 7 sumber ke dalam gentong. Sumber air siraman biasanya diambil dari rumah besan, rumah pini sepuh, dan rumah adat yang kemudian diaduk dengan campuran bunga.
Sambil menunggu calon mempelai puteri bersiap-siap untuk siraman, sang Ayah melakukan pemasangan bleketepe (anyaman daun kelapa) sebagai tarub pada gerbang rumah. Pemasangan tarub dimaknakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajat mantu di rumah yang bersangkutan. Acara siraman diawali dengan sungkem calon pengantin kepada orang tua untuk mohon doa restu. Setelah itu calon pengantin dibimbing ke tempat siraman yang sudah disiapkan. Selanjutnya upacara dilanjutkan dengan tanam rikmo/rambut oleh orang tua. Yang ditanam adalah potongan rambut kedua calon mempelai, dilakukan setelah wakil keluarga calon pengantin wanita kembali dari kediaman calon pengantin pria dengan membawa potongan rambut.
Pelepasan Ayam Jantan hitam merupakan prosesi selanjutnya yang berarti bahwa orang tua sudah dengan sepenuh hati ikhlas melepas putrinya untuk hidup mandiri. Dipenghujung acara, calon pengantin wanita yang telah berganti pakaian menerima uang kreweng hasil penjualan dodol dari ibunda. Melambangkan pengajaran sang bunda tentang bagaimana hidup mandiri dan mengatur nafkah pada kehidupan perkawinan

·         Midodareni
Midodareni adalah acara perkenalan dan silaturahmi antar keluarga. Dari pihak pria dilakukan oleh sesepuh dan keluarga dekat pengantin pria. Selain itu wakil orang tua pengantin pria juga dibekali dengan bingkisan balasan sebagai tanda kasih sayang dari keluarga pengantin wanita. Prosesi midodareni ini adalah awal dari rangkaian pesta pernikahan tradisonal yang biasa dilakukan di Jawa.

·         Upacara Injak Telur
Selanjutnya, Upacara dan Pesta Pernikahan Tradisional ini dilanjutkan dengan Upacara Injak Telur. Acara ini mengandung harapan bagi pengantin wanita untuk segera mempunyai keturunan, karena injak telur ini identik dengan pecah wiji dadi. Telur ini juga mempunyai makna sebagai keturunan yang akan lahir sebagai cinta kasih berdua. Kemudian dilanjutkan mencuci kaki pengantin pria yang dilakukan oleh pengantin wanita yang melambangkan kesetiaan istri pada suaminya.

·         Sikepan Sindur
Setelah acara injak telur selesai dilanjutkan dengan sikepan sindur yang dilakukan oleh ibu pengantin wanita. Sindur ini akan dibentangan pada kedua bahu mempelai. Adapun makna upacara ini mengandung harapan bahwa dengan sinfur tersebut kelak keduanya akan semakin erat karena dipersatukan dengan ibunda. Sedangkan tugas ayah sebagai kepala rumah tangga berjalan di muka sebagai pemandu anak mengikuti langkah terbaik dalam hidup yang akan dijalani. Sang ayah bertugas sebagai penunjuk jalan kehidupan di masa depan dan hal ini perlu dijadikan contoh bagi pasangan baru.

·         Acara Pangkuan
Acara pangkuan disebut juga dengan istilah timbang bobot. Pada acara ini pengantin pria duduk di paha sebelah kanan dan pengantin wanita duduk di paha sebelah kiri sang ayah pengantin wanita, yang kemudian ditanya oleh sang ibu mana yang lebih berat dan dijawab sama berat. Pada saat ini sang ayah seakan-akan sedang menimbang keduanya yaitu anak kandung dan menantu. Maknanya adalah bila kedua mempelai sudah mempunyai keturunan akan memiliki kasih sayang kepada putra-putrinya sebagaimana layaknya sang ayah memiliki kasih sayang yang sama antara anak kandung dan anak menantu.

·         Kacar-Kucur
Tahap upacara panggih adalah kacar-kucur. Acara ini melambangkan kesejahteraan dan tugas mencari nafkah dalam kehidupan berumah tangga yang dilakukan dalam bentuk biji-bijian, beras kuning, uang recehan yang semuanya diberikan kepada ibu. Begitu berat tugas suami dalam mencari nafkah, begitu juga istri dalam mengelolanya. Meski begitu mereka tetap ingat kepada orang tua mengingat perannya yang sangat besar dalam kehidupan seseorang.

·         Dahar Klimah (Dulang-dulangan)
Acara selanjutnya adalah dahar klimah atau dulang-dulangan. Acara ini cukup menarik dan seru karena kedua mempelai saling menyuapi yang dilakukan sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan minum air putih. Proses ini sebenarnya mengandung harapan agar kedua mempelai senantiasa rukun, saling tolong menolong serta sepenanggungan dalam menempuh hidup baru. Selain itu juga mengandung makna sebagai ungkapan saling mencintai dan saling memperhatikan pada pasangan.

·         Titik Pitik
Setelah dahar klimah, upacara titik pitik pun dilaksanakan. Yaitu saat besan datang untuk menyaksikan upacara sakral tersebut. Dengan hadirnya besan berarti keluarga semakin berambah besar dan menjadi satu kesatuan yang kuat sebagai keluarga.

·         Ngabekten (Sungkeman)
Ngabekten biasa disebut dengan istilah sungkeman atau menyembah. Sungkeman pertama ditujukan kepada orang tua yang diteruskan kepada para sesepuh lainnya seperti nenek, kakek dan sebagainya.
Prosesi prosesi tersebut diatas biasanya ada yang dilakukan secara utuh artinya semua kegiatan upacara pernikahan adat tersebut dilaksanakan semua, ada pula yang melaksanakan hanya beberapa bagian dari prosesi tersebut diatas. Semua prosesi tadi biasanya dilakukan sebelum pesta perkawinan atau bersamaan dengan pesta pernikahan yang biasanya menggunakan pesta pernikahan tradisional juga.



No comments:

Post a Comment